Weladalah, sesuai judul diatas kejadian yang mencerminkan kearogansian moge di jalan raya kembali terulang. Kali ini kejadiannya di perempatan Tamanan Kabupaten Tulungagung. Pada sekitar pukul 13.30 disaat jam-jam sibuk karena ramai"nya murid sekolah pulang sekolah, iring-iringan Moge yg melaju kencang tanpa pengawalan dari petugas kepolisian melaju kencang di daerah jalanan kota yg sedang ramai"nya. Namun naasnya akibat kearogansian mereka yg menerobos lampu merah seenaknya meski melaju tanpa kawalan petugas kepolisian justru menimbulkan kerugian bagi pengguna jalan yang lain. Seorang siswi Smp yang menggunakan sepeda menjadi menjadi korbannya. Tepat saat ia melintasi perempatan lampu merah, dari arah lain melaju iring"an moge yg langsung menyambar sepekan. Disini yg perlu diketahui korban ditabrak oleh moge yg melaju menerobos lampu merah, begitu penuturan beberapa saksi mata. Untungnya si korban tidak mengalami luka yg cukup serius namun nampak terlihat korban cukup terguncang akibat kejadian tersebut. Wah" sungguh disayangkan ya hal ini terjadi, seharusnya pengendara moge juga harus mematuhi peraturan berlalu lintas yg baik, jangan mentang" bisa beli motor ratusan juta jadi merasa raja jalanan. Semua orang juga bayar pajak loh, semua orang berhak menggunakan jalan dan berhak selamat di jalan. Oke disini ame berusaha netral ya gan, dan ane harap semoga kejadian ini menjadi pembelajaran kita semua untuk selalu mentaati peraturan lalu lintas yg ada dan semoga pula kejadian seperti ini tidak terulang lagi :)
Sekian, ciaoosu
Sebuah blog yang membahas kehidupan disekitar kita namun khususnya pada otomotif di Indonesia
Kamis, 10 Maret 2016
Jumat, 05 Februari 2016
Review Enduro Racing 10-40w Untuk Touring+Harian
Hallo reader, pada kesempatan kali ini ane mau mereview penggunaan oli motor Enduro Racing untuk touring menggantikan oli lama motor ane Shell AX7.
Oke langsung aja kesan pertama setelah penggunaan oli ini di motor adalah panas mesin cukup berkurang dibanding dengan si Shell AX7. Jika biasanya saat bermacet-macet ria menggunakan AX7 dengan mudah indikator suhu mencapai 3 bahkan 4 bar, namun kini apabila terjebak macet indikator terpanteng di 2 bar mentok-mentok mencapai 3 bar. Untuk meredam panas oli ini menurut ane secara pribadi lebih baik daripada AX7. Namun kekurangannya adalah suara mesin yang terdengar lebih kasar dibandingkan saat masih menggunakan AX7, entah ini cuma feeling ane atau ada juga user lain yang mengalami kejadian serupa.
Yang menjadi ciri khas dari oli ini adalah wangi permen karet yang semerbak ketika mesin panas, sekitar higga pemakaian 300an Km, selebihnya wangi tersebut akan menghilang. Untuk 100km pertama yang ane rasain adalah mesin yang lebih torque. Hingga pemakaian mencapai 300km karakter ini masih terbawa. Memasuki 500an Km karakter ini sudah tidak ditemui pada motor ane. Menginjak ke pemakaian 1000Km mulai ane rasakan perpindahan gigi yang mulai keras dan terdenngar suara "blethak" mulai dari 500km keatas, menginjak ke 1200km suara mesin semakin kasar.Menginjak 1550an Km akhirnya ane ganti ini oli karena bener" sudah tak nyaman lagi menggunakannya. Sebenarnya mau ane ganti menggunakan oli yamalube supersport ataupun Shell AX7 lagi tapi ternyata sulit mencari oli tersebut di Tulungagung dan terpaksa membuat ane tetap menggunakan Enduro Racing untuk pergantian oli selanjutnya. Dan karakter seperti yang ane jelaskan tadi kembali muncul. Mungkin siklusnya akan berulang. Dengan penggunaaan 1550an Km oli ini menyusut sekitar 50an mili.
Kelebihan Oli Enduro Racing
+Harga cukup terjangkau (42.000 di Tulungagung, 48.000 di Denpasar)
+Akselerasi motor naik hingga pemakaian 500an Km.
+Wangi :v (hingga pemakaian 300an Km)
+Cukup baik meredam panas mesin
+Sangat mudah didapatkan bahkan di kota kecil
+Minim penyusutan volume
Kelemahan Oli Enduro Racing
-Suara mesin lebih kasar
-menginjak pemakaian 800an km perpindahan gigi menjadi keras
-diatas 1200km benar" membuat rider tersiksa baik panas mesin maupun suara mesin
-masa pakai ideal menurut ane hanya hingga 1500an km.
Melihat kelebihan dan kelemahan oli Enduro Racing, menurut ane sendiri sih oli ini cukup baik digunakan untuk motor keluaran 2008 keatas karena oli ini cukup mampu melumasi celah yang sangat sempit. Dan oli ini menurut ane cukup recomended untuk dibeli dan digunakan hingga 1500an km, selebihnya? ane saranin sih diganti. Sekian review oli Enduro Racing oleh ane, ciaooo
Oke langsung aja kesan pertama setelah penggunaan oli ini di motor adalah panas mesin cukup berkurang dibanding dengan si Shell AX7. Jika biasanya saat bermacet-macet ria menggunakan AX7 dengan mudah indikator suhu mencapai 3 bahkan 4 bar, namun kini apabila terjebak macet indikator terpanteng di 2 bar mentok-mentok mencapai 3 bar. Untuk meredam panas oli ini menurut ane secara pribadi lebih baik daripada AX7. Namun kekurangannya adalah suara mesin yang terdengar lebih kasar dibandingkan saat masih menggunakan AX7, entah ini cuma feeling ane atau ada juga user lain yang mengalami kejadian serupa.
Yang menjadi ciri khas dari oli ini adalah wangi permen karet yang semerbak ketika mesin panas, sekitar higga pemakaian 300an Km, selebihnya wangi tersebut akan menghilang. Untuk 100km pertama yang ane rasain adalah mesin yang lebih torque. Hingga pemakaian mencapai 300km karakter ini masih terbawa. Memasuki 500an Km karakter ini sudah tidak ditemui pada motor ane. Menginjak ke pemakaian 1000Km mulai ane rasakan perpindahan gigi yang mulai keras dan terdenngar suara "blethak" mulai dari 500km keatas, menginjak ke 1200km suara mesin semakin kasar.Menginjak 1550an Km akhirnya ane ganti ini oli karena bener" sudah tak nyaman lagi menggunakannya. Sebenarnya mau ane ganti menggunakan oli yamalube supersport ataupun Shell AX7 lagi tapi ternyata sulit mencari oli tersebut di Tulungagung dan terpaksa membuat ane tetap menggunakan Enduro Racing untuk pergantian oli selanjutnya. Dan karakter seperti yang ane jelaskan tadi kembali muncul. Mungkin siklusnya akan berulang. Dengan penggunaaan 1550an Km oli ini menyusut sekitar 50an mili.
Kelebihan Oli Enduro Racing
+Harga cukup terjangkau (42.000 di Tulungagung, 48.000 di Denpasar)
+Akselerasi motor naik hingga pemakaian 500an Km.
+Wangi :v (hingga pemakaian 300an Km)
+Cukup baik meredam panas mesin
+Sangat mudah didapatkan bahkan di kota kecil
+Minim penyusutan volume
Kelemahan Oli Enduro Racing
-Suara mesin lebih kasar
-menginjak pemakaian 800an km perpindahan gigi menjadi keras
-diatas 1200km benar" membuat rider tersiksa baik panas mesin maupun suara mesin
-masa pakai ideal menurut ane hanya hingga 1500an km.
Melihat kelebihan dan kelemahan oli Enduro Racing, menurut ane sendiri sih oli ini cukup baik digunakan untuk motor keluaran 2008 keatas karena oli ini cukup mampu melumasi celah yang sangat sempit. Dan oli ini menurut ane cukup recomended untuk dibeli dan digunakan hingga 1500an km, selebihnya? ane saranin sih diganti. Sekian review oli Enduro Racing oleh ane, ciaooo
Touring 560km Denpasar-Tulungagung Menggunakan CS1
Hai reader. Nah pada kesempatan kali ini ane mau ceritain pengalaman ane touring dari Denpasar menuju kampung halaman ane di Tulungagung.
Nah berhubung libur kuliah, ane dan temen-temen rantau seperjuangan pada pulang ke kota asal masing-masing, tak sedikit yang memilih menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi pulang ke kota asal.
Diantara mereka yang memilih menggunakan sepeda motor untuk pulang kampung salah satunya ya ane gan. "ngapain mas pakai motor? mau ngirit ya?" enggak juga. Sebenernya uang ane juga cukup uuntuk beli tiket bus, tapi karena ingin mendapatkan tantangan baru akhirnya saya memutuskan untuk pulang naik sepeda motor.
Perjalanan touring ala mudik ini dilakukan 5 orang yaitu ane(Andaru), Reza, Ruby, Ferry,dan Hisyam dengan rincian ane dan Reza boncengan menggunakan honda CS1, Ferry dan Hisyam boncengan menggunakan honda beat, dan Ruby menggunakan Honda CB150R.
Kami berangkat dari Rusunawa Udayana di Bukit Jimbaran pada pukul 3.00WITA, jalanan Denpasar yang sangat lengang sangat memanjakan untuk menggeber tunggangan cukup kencang. Tapi yang perlu diwaspadai adalah hewan-hewan yang berkeliaran seperti anjing dan kucing. Terbukti rekan ane Ruby yang berada rombongan paling depan 2x hampir menabrak anjing dan 1x hampir menabrak kucing. Lanjut di Tabanan mulai sedikit merepotkan kami karena lampu penerangan jalan sangat terbatas padahal ini adalah jalur utama dari Gilimanuk-Denpasar sebaliknya, disini kami dituntut lebih waspada dan ketika kami mulai sampai di kab.Negara hingga gilimanuk benar-benar tak ada lampu penerangan sama sekali. Terlebih lagi rute yang kami lewati masih berupa hutan. Kebayang seremnya kalau melewati jalur ini sendirian, untunglah kali ini ada teman. Di Jembrana kami sempatkan untuk mengisi bahan bakar dan mencari masjid untuk sholat subuh. Setelah itu kami melanjutkan ke Gilimanuk dan tiba sekitar 05.30 WITA.
Di Gilimanuk sebelum membeli tiket kami diperiksa kelengkapan SIM dan STNK, setelah beres lalu lanjut ke loket untuk membeli tiket. Harga tiket sepeda motor adalah 24.000/motor, nah di sini ada tindakan kurang jujur dari petugas yang agak membuat jengkel. Ane membayar sejumlah 25.000 dan tidak diberi kembalian, waduh korupsi kecil-kecilan nih, meski cuma 1000 rupiah jika sehari ada 500 motor menyeberang berarti sudah dapat 500rb dong.
Lupakan hal tersebut, kami lalu menaiki kapal dan sekaligus memberi waktu kami untuk beristirahat sebelum sampai di Ketapang Banyuwangi. Setelah kurang lebih 1 setengah jam kami berlayar Kami tiba di pelabuhan Ketapang Banyuwangi sekitar pukul 06.30 WIB.
Kami lanjutkan perjalanan menuju Situbondo, sekitar pukul 07.30WIB. Kami menyempatkan diri membeli sarapan di warung pinggir jalan, cukup murah Rp 6.000 sudah mendapat seporsi nasi pecel+Telur bacem, lain kali kalau lewat rute ini ane pasti mampir ke warung ini lagi. Setelah selesai dengan urusan perut, kami melanjutkan menyusuri jalur pantura dengan jalur yang menuntut melaju kencang. Di jalur ini top speed yang dapat ane raih dengan keadaan boncengan+barang bawaan kurang lebih berat total pengendara+boncenger+barang 125-130Kg, motor sanggup berlari hingga 114km/Jam on Spedo. Itupun nafas motor terasa masih sisa panjang karena belum mentok limiter, tapi apa daya nyali mulai ciut mengingat keluarga menanti dirumah. Ingat kata pepatah lebih baik terlambat asal selamat. Sekitar pukul 11.00 kami sampai di Probolinggo dan memutuskan berhenti untuk beristirahat sembari menunggu waktu sholat Dzuhur. Jam 12.00 kami melanjutkan perjalanan menuju pasuruan, disini rombongan kami terpisah Ruby, Ferry dan Hisyam menuju arah Surabaya sedangakan ane dan Reza menuju ke arah kota Malang. Sekitas pukul 14.15 kami dipaksa menepi oleh hujan yang jatuh begitu arogan. Hampir 1 setengah jam lebih hujan turun membuat kami mulai kepikiran "ini kapan sampai?", haha jam 16.00 kami memutuskan melanjutkan perjalanan meski gerimis masih terjadi. Dan ironisnya yang juga membuat kami jengkel adalah ketika kami sampai di kota Blitar ternyata disini tidak hujan sama sekali. Hari beranjak petang ketika kami sampai di kota Blitar, mengejar waktu kami semakin memacu motor lebih kencang dan pukul 19.00 kami sudah sampai di Tulungagung. Ane mampir ke terminal dulu untuk menurunkan Reza karena rumanya di Kediri membuat ia harus melanjukan perjalanan menggunakan bus AKDP. Pukul 19.25WIB ane akhirnya sampai di rumah dengan selamat.
Oke dalam perjalanan Touring kali ini ane menggunakan motor Honda CS1 lansiran 2008, seminggu sebelum perjalanan ane lakukan servis besar dan pergantian oli meski sebenarnya belum waktunya ganti oli.
Oli yang ane gunakan adalah Pertamax Racing 10-40w, sebelumnya ane menggunakan Oli Shell Advance AX7 untuk review impressi penggunaan oli akan menyusul di artikel lain.
Selama perjalanan Denpasar-Tulungagung ane selalu jadi pembonceng karena Reza sebagai boncenger kebetulan kurang terbiasa menggunakan motor kopling manual.
Kejadian lain yang terjadi adalah saat di Malang dan melibas genangan air muncul asap putih dalam jumlah yang sangat banyak dari bawan motor ane yang ane kira radiator motor ane bocor. Weladalah ternyata uap dari cipratan air yang langsung mendidih ketika kena mesin motor yang lagi panas-panasnya. Namun hal tersebut sukses membuat ane dan Reza sempet panik.
Kira-kira begitulah sepenggal cerita perjalanan ane dengan jarak tempuh hampir 560km + kesasar. Nah untuk cerita perjalanan saat balik dari Tulungagung menuju Denpasar akan menyusul di Artikel selanjutnya. Ciaooo
Nah berhubung libur kuliah, ane dan temen-temen rantau seperjuangan pada pulang ke kota asal masing-masing, tak sedikit yang memilih menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi pulang ke kota asal.
Diantara mereka yang memilih menggunakan sepeda motor untuk pulang kampung salah satunya ya ane gan. "ngapain mas pakai motor? mau ngirit ya?" enggak juga. Sebenernya uang ane juga cukup uuntuk beli tiket bus, tapi karena ingin mendapatkan tantangan baru akhirnya saya memutuskan untuk pulang naik sepeda motor.
Perjalanan touring ala mudik ini dilakukan 5 orang yaitu ane(Andaru), Reza, Ruby, Ferry,dan Hisyam dengan rincian ane dan Reza boncengan menggunakan honda CS1, Ferry dan Hisyam boncengan menggunakan honda beat, dan Ruby menggunakan Honda CB150R.
Kami berangkat dari Rusunawa Udayana di Bukit Jimbaran pada pukul 3.00WITA, jalanan Denpasar yang sangat lengang sangat memanjakan untuk menggeber tunggangan cukup kencang. Tapi yang perlu diwaspadai adalah hewan-hewan yang berkeliaran seperti anjing dan kucing. Terbukti rekan ane Ruby yang berada rombongan paling depan 2x hampir menabrak anjing dan 1x hampir menabrak kucing. Lanjut di Tabanan mulai sedikit merepotkan kami karena lampu penerangan jalan sangat terbatas padahal ini adalah jalur utama dari Gilimanuk-Denpasar sebaliknya, disini kami dituntut lebih waspada dan ketika kami mulai sampai di kab.Negara hingga gilimanuk benar-benar tak ada lampu penerangan sama sekali. Terlebih lagi rute yang kami lewati masih berupa hutan. Kebayang seremnya kalau melewati jalur ini sendirian, untunglah kali ini ada teman. Di Jembrana kami sempatkan untuk mengisi bahan bakar dan mencari masjid untuk sholat subuh. Setelah itu kami melanjutkan ke Gilimanuk dan tiba sekitar 05.30 WITA.
Di Gilimanuk sebelum membeli tiket kami diperiksa kelengkapan SIM dan STNK, setelah beres lalu lanjut ke loket untuk membeli tiket. Harga tiket sepeda motor adalah 24.000/motor, nah di sini ada tindakan kurang jujur dari petugas yang agak membuat jengkel. Ane membayar sejumlah 25.000 dan tidak diberi kembalian, waduh korupsi kecil-kecilan nih, meski cuma 1000 rupiah jika sehari ada 500 motor menyeberang berarti sudah dapat 500rb dong.
Lupakan hal tersebut, kami lalu menaiki kapal dan sekaligus memberi waktu kami untuk beristirahat sebelum sampai di Ketapang Banyuwangi. Setelah kurang lebih 1 setengah jam kami berlayar Kami tiba di pelabuhan Ketapang Banyuwangi sekitar pukul 06.30 WIB.
Kami lanjutkan perjalanan menuju Situbondo, sekitar pukul 07.30WIB. Kami menyempatkan diri membeli sarapan di warung pinggir jalan, cukup murah Rp 6.000 sudah mendapat seporsi nasi pecel+Telur bacem, lain kali kalau lewat rute ini ane pasti mampir ke warung ini lagi. Setelah selesai dengan urusan perut, kami melanjutkan menyusuri jalur pantura dengan jalur yang menuntut melaju kencang. Di jalur ini top speed yang dapat ane raih dengan keadaan boncengan+barang bawaan kurang lebih berat total pengendara+boncenger+barang 125-130Kg, motor sanggup berlari hingga 114km/Jam on Spedo. Itupun nafas motor terasa masih sisa panjang karena belum mentok limiter, tapi apa daya nyali mulai ciut mengingat keluarga menanti dirumah. Ingat kata pepatah lebih baik terlambat asal selamat. Sekitar pukul 11.00 kami sampai di Probolinggo dan memutuskan berhenti untuk beristirahat sembari menunggu waktu sholat Dzuhur. Jam 12.00 kami melanjutkan perjalanan menuju pasuruan, disini rombongan kami terpisah Ruby, Ferry dan Hisyam menuju arah Surabaya sedangakan ane dan Reza menuju ke arah kota Malang. Sekitas pukul 14.15 kami dipaksa menepi oleh hujan yang jatuh begitu arogan. Hampir 1 setengah jam lebih hujan turun membuat kami mulai kepikiran "ini kapan sampai?", haha jam 16.00 kami memutuskan melanjutkan perjalanan meski gerimis masih terjadi. Dan ironisnya yang juga membuat kami jengkel adalah ketika kami sampai di kota Blitar ternyata disini tidak hujan sama sekali. Hari beranjak petang ketika kami sampai di kota Blitar, mengejar waktu kami semakin memacu motor lebih kencang dan pukul 19.00 kami sudah sampai di Tulungagung. Ane mampir ke terminal dulu untuk menurunkan Reza karena rumanya di Kediri membuat ia harus melanjukan perjalanan menggunakan bus AKDP. Pukul 19.25WIB ane akhirnya sampai di rumah dengan selamat.
Oke dalam perjalanan Touring kali ini ane menggunakan motor Honda CS1 lansiran 2008, seminggu sebelum perjalanan ane lakukan servis besar dan pergantian oli meski sebenarnya belum waktunya ganti oli.
Oli yang ane gunakan adalah Pertamax Racing 10-40w, sebelumnya ane menggunakan Oli Shell Advance AX7 untuk review impressi penggunaan oli akan menyusul di artikel lain.
Selama perjalanan Denpasar-Tulungagung ane selalu jadi pembonceng karena Reza sebagai boncenger kebetulan kurang terbiasa menggunakan motor kopling manual.
Kejadian lain yang terjadi adalah saat di Malang dan melibas genangan air muncul asap putih dalam jumlah yang sangat banyak dari bawan motor ane yang ane kira radiator motor ane bocor. Weladalah ternyata uap dari cipratan air yang langsung mendidih ketika kena mesin motor yang lagi panas-panasnya. Namun hal tersebut sukses membuat ane dan Reza sempet panik.
Kira-kira begitulah sepenggal cerita perjalanan ane dengan jarak tempuh hampir 560km + kesasar. Nah untuk cerita perjalanan saat balik dari Tulungagung menuju Denpasar akan menyusul di Artikel selanjutnya. Ciaooo
Langganan:
Postingan (Atom)